Mabe, Kerang Penghasil Mutiara Setengah Bulat

Kerang mabe merupakan salah satu jenis kerang penghasil mutiara, seperti halnya kerang mutiara Pinctada maxima, P. margaritifera, P. fucata dan kerang mutiara jenis lainnya, Secara taksonomi, kerang mabe masuk ke dalam Kingdom Invertebrata, yang berarti hewan tak bertulang belakang dan filum Moluska yang berarti bertubuh lunak seperti halnya kerang mutiara (P. maxima), abalon, siput mata bulan dan lain sebagainya.
Morfologi Kerang Mabe

Kerang mutiara umumnya memiliki daerah penyebaran yang cukup luas yaitu meliputi perairan Filipina, Thailand, Australia dan Indonesia. Sementara di perairan Indonesia umumnya banyak ditemukan di wilayah Indonesia bagian timur, seperti Irian Jaya, Sulawesi dan Maluku, terutama  gugus Kepulauan Arafura, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Seperti halnya kerang mutiara, kerang mabe hudup di kolom perairan dan menempel pada batu karang, tali dan jaring menggunakan bysusnya.

Dalam dunia bisnis, kerang mabe (Pteria Penguin) tidak kalah pentingnya  dengan kerang mutiara (Pinctada maxima). Kerang mabe memiliki manfaat pasar cukup tinggi yaitu dagingnya dapat dijadikan makanan bergizi dengan kandungan protein yang cukup tinggi, sedangkan cangkangnya dapat dijadikan sebagai bahan baku suvenir (perhiasan) dan bahan baku cat.

Kerang mutiara umumnya dapat menghasilkan butiran mutiara dengan bentuk bulat namun berbeda dengan kerang mabe yaitu hanya dapat menghasilkan butiran mutiara setengah bulat dan 2/3 bulat. Menurut hasil penelitian Hamzah (2007), kerang mabe dapat tumbuh dengan ukuran cangkang mencapai 7 sampai 10cm dan dapat dioperasi dengan menyuntikan nukleus berbagai ukuran pada kulit cangkang bagian dalam.
Mutiara Setengah Bulat
Perhiasan (Souvenir) dari Mabe

Mutiara tersebut merupakan bahan baku perhiasan yang memiliki harga jual yang cukup menggiurkan yaitu bervariasi antara Rp.10.000.- Rp. 15.000.per butir. Sementara dalam satu ekor kerang mabe yang hidup dapat dimasukan nukleus (OP) hingga 2 biji (inti) tergantung ukuran besarnya serta dapat dipanen selama kurang lebih antara 4–6 bulan pemeliharaan di laut.

Hamzah (2007) menjelaskan bahwa kisaran harga tersebut dapat ditingkatkan sesuai dengan kalasifikasi urutan kelas super yaitu dapat mencapai harga antara Rp. 25.000 sampai Rp.60.000 perbutir. Pemasaran mutiara kerang mabe setengah dan 2/3 bulat adalah meliputi pasaran lokal, Bali, Mataram, Surabaya dan Jakarta serta kualitas yang super masuk dalam nilai ekspor antara lain negara Eropa dan Amerika.

Menurut Hamzah (2012), bahwa standar penentuan kualitas mutiara dari kerang mabe mirip dengan jenis Pinctada maxima yaitu dengan klasifikasi sebagai berikut :
Excellent (A) merupakan golongan kelas satu dengan kualitas mutiara sangat baik, serta  memiliki harga jual yang  sangat tinggi. Mutiara berbentuk topi-topi yang licin dan mulus serta bundarannya simetris hingga kedasar cangkang dengan warna putih mengkilat. 
Good (B) merupakan golongan kelas dua, namun masih memiliki harga jual yang masih cukup tinggi. Bedanya dengan golongan pertama yaitu hanya goresan yang tidak rata pada dasar cangkang akibat pengaruh cairan lem dan pada saat proses agak sedikit pendek. 
Fair (C) merupakan golongan kelas tiga. Mutiara masih memancarkan kilauan namun tidak seindah kelompok Excellent dan Good. Bentuknya tidak bulat dan terdapat goresan atau bintik hitam akibat pengaruh lem serta benjolan pada dasar topi-topi. Sehingga apabila menemukan kesulitan pemolesan akibat warna dasar yang tidak merata, maka bisa dijadikan perhiasan gantungan kunci dengan dasar cangkang dibuat seperti ikan dan daun-daun yang unik.
Poor (D) merupakan mutiara yang cacat dimana terdapat benjolan pada dasar topi-topi yang tidak merata atau berurat memenuhi semua lapisan mutiara. Pada kondisi ini tidak bisa dijadikan mutiara setengah bulat karena berbentuk jelek. Walaupun demikian, mutiara tersebut masih bisa laku dipasaran walau harganya terbilang rendah.
Poorest (E) merupakan golongan mutiara cacat, karena bentuk dan warnanya tidak menentu dengan bagian permukaannya terdapat bintik-bintik hitam dan jelek, akibat salah penempatan nukleus atau tergeser mendekati batas kulit hitam, sehingga tidak memancarkan sinar mutiara. Pada kondisi ini kadang tidak bisa digunakan, tapi masih bisa dijual kulit cangkangnya.

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama