Pertumbuhan Ekonomi Sumberdaya Laut Indonesia


Pertumbuhan Ekonomi Indonesia  dalam akhir- akhir ini lebih didominasi oleh upaya sektor keuangan seperti dalam usaha valas,saham,obligasi,SBI,dan SUN. Kemudian juga sektor non-tradable seperti kontruksi,angkutan,apartemen mewah,pasar swalayan, dan dunia hiburan. Sedangkan sektor riil yang tradable yang meliputi sektor-esektor ekonomi sumberdaya laut, pertanian ,kehutanan,dan energi(ESDM), pariwisata, industri manufakturing, dan industri kreatif tumbuh sangat lamban kurang dari 4% per tahun (Basri dan Munandar, 2009). Dengan tingkat penganguran dan kemiskinan yang tinggi

Potensi Produksi Lestari Sumberdaya Ikan Indonesia dan Tingkat Pemanfaatannya pada 2009
Jenis Kegiatan Perikanan      
Luas Perairan (juta/ Ha)
Potensi Produksi (juta ton/ tahun)
Produksi (juta ton/ tahun)
Pemanfaatan (%)
Perikanan Tangkap
Laut
Perairan Darat

580
54

6,4
0,9

4,80
0,45

75
50
Perikanan Budidaya
Laut
Tambak (Payau)
Perairan Darat

24
1
13,7

47
5,5
5,7

2,50
1,50
0,50

5,3
27
8,7
Total (A + B)
672,7
65,5
9,75


Sekitar 11 sektor Ekonomi Sumberdaya Kelautan yang dapat dikembangkan:
1.        Perikanan Tangkap;
2.        Perikanan Budidaya;
3.        Industri Pengolahan Hasil Perikanan;
4.        Industri Bioteknologi Kelautan;
5.        Pertambangan dan Energi;
6.        Pariwisara bahari;
7.        Kehutanan;
8.        Perhubungan laut;
9.        Industri dan jasa maritim;
10.    SDA nonkonvesional.
11.    Sumberdaya pulau-pulau kecil;

Potensi produk lestari sumber daya ikan laut indonesia mencapai 6,4juta ton / tahun atau 7,5% dari potensi ikan laut dunia. Saat ini tingkat pemanfaatannya baru mencapai 4,5 juta ton. Kendati belum ada perhitungan tentang potensi ekonomi pariwisata bahari, jika dibanding dengan Queensland, Australia, dengan garis pantai yang hanya 2.100 km dan mampu menghasilkan devisa pariwisata bahari sebesar US$ 2 miliar / tahun, sejatinya potensi ekonomi pariwisata bahari sangat besar.

Sekitar 70% produksi minyak dan gas bumi berasal dari kawasan pesisir dan lautan. Dari 60 cekungan yang potensial mengandung migas, 40 cekungan terdapat di lepas pantai, di 14 pesisir, dan hanya 6 yang didaratan. Dari seluruh cekungan tersebut, potensinya diperkirakan sebesar 11,3 miliar barel minyak bumi. Cadangan gas bumi diperkirakan sebesar 101,7 triliun kaki kubik. Kawasan ini juga kaya akan berbagai jenis bahan tambang dan mineral, seperti emas, perak, timah, bijih besi, dan mineral berat. Belum lama ini ditemukan jenis energi baru pengganti BBM berupa gas hidrat dan gas biogenik di lepas pantai Barat Sumatra dan Selatan Jawa Barat serta bagian utara Selat Makassar dengan potensi yang sangat besar, melebihi seluruh potensi minyak dan gas bumi (Richardson, 2008)

Belum lagi potensi ekonomi dari industri dan jasa maritim (seperti galangan kapal, coastal and offshore engineering, pabrik peralatan dan mesin kapal serta perikanan, dan teknologi komunikasi informasi), pulau-pulau kecil, dan SDA non konvesional yang sangat besar. SDA non konvesional adalah SDA  yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan, tetapi karena belum ada teknologinya atau secara ekonomi belum menguntungkan sehingga belum bisa dimanfaatkan. Contohnya adalah deep sea water industries, gas hidrat dan biogenetik, bioenergi dari alga laut, energi gelombang, energi pasang surut, OTEC (ocean thermal energy conversion), sumber-sumber mata air tawar di dasar laut (Becker and Carlin, 2004), energi listrik dari ion Na+ dan Cl-, energi nuklir, dan mineral laut.

Potensi total ekonomi kesebelas sektor kelautan Indonesia diperkirakan mencapai US$800 miliar (Rp.7.200 triliun) per tahun atau lebih daripada tujuh kali lipat APBN 2009 dan satu setengah kali PDB saat ini. Sementara itu, kesempatan kerja yang dapat dibandingkan mencapai 30 juta orang. Ekonomi kelautan semakin strategis bagi Indonesia, seiring dengan pergeseran pusat ekonomi dunia dari poros Atlantik ke Asia-Pasifik. Dewasa ini, 70% perdagangan dunia berlangsung dikawasan Asia-Pasifik. Sekitar 75% produk dan komoditas yang diperdagangkan ditransportasikan melalui laut Indonesia dengan nilai sekitar US$1.300 triliun per tahun.

Jangka Pendek
Optimalisasi pembangunan sektor-sektor ekonomi Sumberdaya Laut (SDL) yang bisa menghasilkan pertumbuhan ekonomi tinggi dan menyerap banyak tenaga kerja, seperti:
Perikanan budidaya 
  1. Perikanan Tangkap 
  2. Industri Pengolahan Hasil Perikanan 
  3. Pariwisata Bahari 
  4. Pertambangan dan Energi 
  5. Pelayaran 
  6. Pelabuhan 
  7. Industri Galangan Kapal.
Contoh: Potensi total muatan nasional 502 juta ton per tahun (IMPC, 2008)

Batubara 200 juta ton; Crude oil 55 juta ton; CPO 60 juta ton; Produk perikanan 7 juta ton; LNG 8juta ton; LPG 2juta ton; Containers120 juta ton dan General cargo 50 juta ton.

Melalui pendekatan “Cluster maritime” kita bisa menghasilkan devisa perhubungan laut US $ 15 miliar per tahun.

Tetapi untuk dapat melayani kebutuhan angkutan muatan tersebut diperlukan 650 kapal tambahan dengan total investasi sebesar US $ 5 miliar. Ini berdasarkan pada perhitungan bahwa sejak 15 tahun terakhir, kita mengeluarkan devisa sekitar US$ 15 miliar per tahun untuk membayar armada pelayaran asing yang mengangkut 97% dari total barang yang diekspor dan diimpor ke Indonesia.

“Cluster maritime” juga akan meningkatkan pendapatan negara dan menciptakan lapangan kerja baru paling sedikitnya untuk 1 juta orang, membangkitkan sejumlah multiplier effects,dan mendongkrak daya saing nasional.

Pada saat sekarang semua pelabuhan Indonesia masih berstatus sebagai “feeder port”.  Inilah salah satu penyebab utama yang membuat ekonomi kita kurang berdaya saing, karena hampir 70 % eport barang dan komoditas Indonesia melalui singapura, sebagai “hub port”.  

“Cluster maritime” juga dapat mempercepat pembentukan 24 pelabuhan kita sebagai “hub port”.
Sebagai gambaran Pelabuhan perikanan kita berjumlah 17 buah(th2009) yang memiliki standar internasional di mana panjang garis pantai kita 81.000 km (1/4500km); Sedangkan Thailand  memiliki 52 buah pelabuhan perikanan bertaraf Internasional dengan panjang garis pantainya hanya 2.600 km( 1/ 50 km). Jepang memiliki 3000 buah (th2000) Pelabuhan perikanan bertaraf internasional dengan panjang garis pantai 34.000 km (1/11 km).

Sebaiknya pembangunan berbasis kelautan dan kepulauan lebih ditingkatkan dengan meningkatkan alokasi anggaran publik untuk meningkatkan pendayagunaan Sumberdaya Laut.
Anggaran publik yan diperuntukan berupa kredit,  pendayagunaan SDM, teknologi, Infrastruktur, dan management. Sehingga pembangunan berkelanjutan secara terpadu dan ramah lingkungan.

Jangka Panjang
Dalam jangka panjang kita kembangkan SDM dan Teknologi kelautan mutahir, seperti bioteknologi, teknologi informasi dan komunikasi, nanotechnology, coastal and ocean engineering, bioenergi dari algae, gas hidrat, dan teknologi pemanfaatan sumberdaya laut nonkonvensional lainnya.

Dengan roadmap pembangunan kelautan di atas pulau-pulau kecil dan lautan  diyakini tidak lagi menjadi “beban pembangunan”(cost center) serta tempat berlangsungnya berbagai kegiatan ilegal, melainkan akan menjadi “pusat-pusat kemajuan dan kemakmuran”. (prosperity belt) yang secara otomatis menjadi sabuk pengaman (security belt) bagi kedaulatan NKRI. Maka Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi baru bersama China, India, Brasil, dan Rusia (BRIC).

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama