Rekayasa Budidaya Intensif System Indoor dengan Ras (Recirculation Aquaculture System)

Akuakultur merupakan salah satu aktivitas penting untuk memenuhi kebutuhan pangan dari sektor perikanan. Dalam satu dekade terakhir, produksi perikanan dari sektor akuakultur mengalami peningkatan sedangkan produksi perikanan hasil penangkapan (captured fishery) cenderung stagnan bahkan mengalami penurunan Teknik pemeliharaan secara intensif untuk memacu pertumbuhan ikan terutama perbaikan manajemen kualitas air, sudah harus diterapkan mulai dari tahap pemijahan, pemeliharaan larva, pendederan dan pembesaran (Anonim, 1996). Pemeliharaan dalam tahap pendederan merupakan fase yang penting untuk menghasilkan benih unggul dibesarkan. Jika benih berukuran 100 g/ekor hasil pendederan dipindahkan ke kolam pembesaran, maka benih akan memiliki laju pertumbuhan yang cepat (Jangkaru, 1998).

Kualitas air merupakan faktor yang sangat penting dalam pemeliharaan ikan, karena akan menentukan hasil yang diperoleh. Kondisi kualitas air juga berperan dalam menekan terjadinya peningkatan perkembangan bakteri patogen dan parasit di dalam media pemeliharaan. Sebagai tempat hidup ikan, kualitas air sangat dipengaruhi oleh faktor faktor fisika dan kimia air seperti suhu, oksigen terlarut, pH, amonia, nitrit dan nitrat (Forteath et al., 1993).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi permasalahan di atas adalah dengan mengaplikasikan system resirkulasi akuakultur (Recirculation Aquaculture System). Recirculating Aquaculture Systems (RAS) Sistem resirkulasi budidaya (recirculating aquaculture systems) ikan adalah sebuah system produksi ikan yang menggunakan system tertutup dimana penggantian air hanya dilakukan karena adanya penguapan atau pembersihan. Sistem RAS telah berkembang di Negara Negara maju seperti di Amerika serikan dan Negara-negara uni eropa dimana biaya lahan dan tenaga kerja sangat mahal Beberapa keuntungan menggunakan system RAS disbanding dengan budidaya ikan secara konvensional atau tradisional adalah. Kebutuhan air yang minim. Sarana budidaya yang dirancang dan dioperasikan dapat mengurangi kebutuhan air lebih dari 5% setiap hari. Membutuhkan sedikit lahan : Pada wilayah potensial yang memiiki harga tanah mahal, system RAS dapat memproduksi ikan budidaya lebih banyakpada area yang sempit. Kebutuhan lokasi kurang dari 1/20 dibanding dengan kebutuhan untuk tambak tradisional (Syazilly, 2011).

Pengertian Kolam Resirkulasi
Kolam Sistem resirkulasi adalah sistem air yang dipakai terus menerus dengan memakai sistem filtrasi. Sistem ini memerlukan aliran air yang dapat terkendali serta pompa untuk mengalirkan air tersebut. Ide utama dari sistem ini adalah terus mendaur ulang air dengan bantuan sirkulasi pompa. Dengan sistem filtrasi biologis dengan bantuan bakteri pengurai, filter mengurai ammonia yang menjadi racun/polutan utama pada kolam, sehingga kualitas air tetap terjaga di level yang diinginakan. Jadi sistem ini akan menghemat penggunaan air dalam kegiatan budidaya. Air yang digunakan adalah sebatas pada air dalam kolam dan air dalam bak filter. Tapi air juga perlu ditambahakan jika terjadi penyusutan karena adanya kebocoran atau penguapan.

Sistem resirkulasi akuakultur atau Recirculation Aquaculture System (RAS) yang telah digunakan sejak tahun 1990-an, merupakan teknik budidaya yang relative baru dan unik dalam industri perikanan (Suantika, 2001). Sistem ini menggunakan teknik akuakultur dengan kepadatan tinggi di dalam ruang tertutup (indoor), serta kondisi lingkungan yang terkontrol sehingga mampu meningkatkan produksi ikan pada lahan dan air yang terbatas, meningkatkan produksi ikan sepanjang tahun, fleksibilitas lokasi produksi, pengontrolan penyakit dan tidak tergantung pada musim (Tetzlaff dan Heidinger, 1990). Sistem resirkulasi merupakan budidaya intensif yang merupakan alternatif menarik untuk menggantikan sistem ekstensif, dan cocok diterapkan di daerah yang memiliki lahan dan air terbatas (Suresh dan Lin, 1992).

Resirkulasi ini menjadi 2 macam, yaitu resikulasi penuh/tertutup dan resirkulasi sebagian/semi tertutup.
  1. Sistim resirkulasi tertutup , sistim resirkulasi yang mendaur ulang 100% air (CRS)
  2. Sistim resirkulasi semi tertutup, sistim resirkulasi yang mendaur ulang sebagian air buangan, sehingga masih membutuhkan penambahan air dari luar.
Komponen dasar sistem resirkulasi akuakultur terdiri dari :
  1. Bak pemeliharaan ikan /tangki kultur (growing tank) yaitu tempat pemeliharaan ikan, dapat dibuat dari plastik, logam, kayu, kaca, karet atau bahan lain yang dapat menahan air, tidak bersifat korosif, dan tidak beracun bagi ikan.
  2. Penyaring partikulat (sump particulate) yang bertujuan untuk menyaring materi padat terlarut agar tidak menyumbat biofilter atau mengkonsumsi suplai oksigen.
  3. Biofilter merupakan komponen utama dari sistem resirkulasi. Biofilter merupakan tempat berlangsungnya proses biofiltrasi beberapa senyawa toksik seperti NH4 + dan NO2-. Pada dasarnya, biofilter adalah tempat bakteri nitrifikasi tumbuh dan berkembang.
  4. Penyuplai oksigen (aerator) yang berfungsi untuk mempertahankan kadar oksigen terlarut dalam air agar tetap tinggi.
  5. Pompa resirkulasi (water recirculation pump) yang berfungsi untuk mengarahkan aliran air. Peralatan yang digunakan pada sistem ini relatif mudah ditemukan dan sudah biasa digunakan, kecuali pompa air dan aerator.


Sistem kerja kolam resirkulasi

Gambar 1. Cara Kerja System RAS

Secara umum sistem   kerjanya, air dalam wadah pemeliharaan akan diisi terus hingga batas selang atau pipa pembuangan, kemudian air yang berlebihan akan keluar melalui selang/ pipa menuju gor/ talang pembuangan air yang sudah disediakan. Air akan mengalir keluar menuju bak filter yang diisi dengan bahan-bahan filter seperti zeolit dan bioball namun sebelumnya diberi kapas filter untuk membuang partikel yang lebih besar. Hasil filterasi akan menghasilkan air bersih yang akan dipompa masuk melalui pipa kesetian wadah kolam/ akuarium budidaya kembali. begitu seterusnya.
 Gambar 2. Tata Letak System RAS

Sistem resirkulasi dijalankan menggunakan pompa dengan debit 10 – 15 liter/menit pada unit filtrasi. Unit filtrasi dirancang sebagai filtrasi biologis (biofiltration) dengan sistem tenggelam (submerged filter) untuk memanfaatkan kerja bakteri melalui proses amonifikasi dan nitrifikasi. Air media pemeliharaan dialirkan secara gravitasi dari setiap wadah pemeliharaan melalui pipa ke bak filter. Bak filter disusun menjadi beberapa bagian, yaitu: bagian penyaringan fisika, bagian penyaringan biologi dan bagian penampungan. Pada bagian atas filter fisika menggunakan spon untuk menyaring kotoran yang berukuran besar, seperti kotoran ikan. Pada bagian bawah menggunakan cangkang kerang air tawar, sebagai alternatif dapat juga digunakan arang atau kerikil ukuran besar. Filter biologi bagian pertama memanfaatkan cangkang kerang sedangkan pada bagian kedua menggunakan kerikil lebih kecil atau ijuk untuk memperluas permukaan yang memungkinakan tempat penempelan bakteri nitrifikasi. Pada bagian penampungan ditambahkan aerasi (alat: aerator akuarium 1 titik) guna menambah suplai oksigen. Setelah penyaringan, air media dialirkan kembali menggunakan pompa ke wadah pemeliharaan ikan. Penambahan air baru hanya dilakukan untuk mengganti air yang menguap.

 
Gambar 3. System RAS

Dari sini bisa dilihat bak berwana hijau lumut merupakan bak filterasi. Kemudian air yang bersih dipompa dulu pada bak penampungan air dan disalurkan kembali menggunakan pompa pada pipa berwana merah. Pipa biru digunakan untuk aerasi pada kolam menggunakan blower. Air akan terus mengalir dalam kolam/akuarium sampai ketinggian pipa pembuangan. Kemudian akan mengalir pada got/parit/talam pengaliran air dan masuk pada bak filtrasi. begitu seterusnya.

Cara Mengatasi Sisa Pakan Dalam Kolam Resirkulasi
Besarnya input pakan ke dalam system membutuhkan perhatian khusus dalam merancang RAS. Semua RAS harus mampu memanfaatkan proses-proses alami untuk menghilangkan limbah padat, mengoksidasi amonia dan nitrit-nitrogen dan meningkatkan kandungan oksigen terlarut. Jumlah pakan, komposisi pakan, tingkat metabolisme ikan dan kuantitas pakan yang terbuang dapat memiliki dampak merugikan terhadap kualitas tangki air dan harus diperhitungkan dalam mendesain dan mengatur sebuah RAS. Komposisi pakan ikan terutama terdiri dari protein, karbohidrat, abu, lemak dan air. Jumlah pakan yang tidak dikonsumsi ikan akan diekskresikan menjadi sampah organik (kotoran padat). Feses yang padat dan pakan yang tidak dimakan ikan dimanfaatkan oleh bakteri dalam sistem. Proses ini membutuhkan oksigen yang tinggi dan menghasilkan amonia-nitrogen sehingga harus ditangani dengan desain yang baik. Untuk meminimalkan dampaknya terhadap kualitas air, limbah padat perlu dihapus dari sistem secepat mungkin. Limbah padat dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori yaitu limbah padat tengelam, melayang, terapung dan larut.Limbah padat yang tenggelam di dasar sistem harus segera dikeluarkan dalam kolam secepat mungkin. Limbah ini akan bertahan di dalam air selama satu jam bila air dalam system dalam keadaan diam. Limbah padat yang tenggelam ini dapat dikeluarkan dengan menggunakan wadah yang bundar sehingga terpusat di bagian tengah dan dapat dengan mudah dibuang keluar system.Padatan tersuspensi tidak akan kluar dari system yang menggunakan air tenang. Padatan tersuspensi halus lebih kecil dari 30 mikron dapat berkontribusi lebih dari 50% dari beban jumlah padatan tersuspensi dalam RAS. Padatan organik terlarut (protein) juga dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap total kebutuhan oksigen RAS jika tidak dibuang. Padatan terlarut dan padatan tersuspensi halus dapat dihilangkan dengan menggunakan proses fraksinasi atau menguapkan busa protein. Busa fraksinasi diaerasi dengan kuat pada bagian dasar kolam. Gelembung udara yang naik membawa partikel-partikel padat tersuspensi halus yang menempel pada permukaan gelembung, sebagai tempat melekat protein di bagian atas kolam.
Kelebihan dan Kekurangan Kolam Sistem Resirkulasi

1.    Kelebihan

Hemat Air
Biasanya untuk menjaga kualitas air pembudidaya melakukan kegiatan ganti air rutin. Ganti air yang dilakukan terbilang cukup banyak, hal ini tentu bukan hal yang menguntungkan karena sumberdaya air tentunya perlu digunakan dengan bijaksana. Dengan sitem resirkulasi pergantian air akan jauh berkurang, karena air terus didaur ulang.

Kualitas Air Terjaga
Dengan aplikasi sistem resirkulasi maka kualitas air akan berada dalam level yang relatif stabil. Salah satu hal yang menjadi polutan utama dalam budidaya ikan adalah ammonia (racun dari kotoran ikan). Dengan sistem resirkulasi level ammonia bisa sangat direduksi sehingga kadar ammonia bisa konstan di level yang aman. Dengan kadar ammonia yang terjaga tetap rendah ini tentunya pertumbuhan ikan akan lebih pesat dan ikan pun akan lebih sehat.

Kepadatan Populasi Bisa Kita Kontrol
Budidaya ikan konsumsi yang konvensional di Indonesia biasanya tidak menggunakan sistem resirkulasi, sehingga kepadatan populasi kolam sangat ditentukan volume air dan frekwensi penggantian air (syphoon). Pada kolam dengan sistem resirkulasi populasi ikan bisa kita atur, semakin banyak ikan dan pemberian pakan maka kita bisa menggunakan pompa yang sesuai dan besar filter yang seimbang untuk menghandle pakan dan menjaga kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan. Dengan sistem resirkulasi terutama trickle filter kadar oksigen terlarut bisa jauh lebih tinggi sehingga populasi ikan bisa lebih banyak dan pertumbuhan lebih pesat di kolam dengan kadar oksigen terlarut lebih tinggi.

Membutuhkan sedikit lahan
Pada wilayah potensial yang memiiki harga tanah mahal, system RAS dapat memproduksi ikan budidaya lebih banyak pada area yang sempit. Kebutuhan lokasi kurang dari 1/20 dibanding dengan kebutuhan untuk tambak tradisional.

Membutuhkan sedikit tenaga kerja
Sistem RAS dengan volume 100 metrik ton pertahun hanya memerlukan dua orang tenaga kerja, dimana dengan metode budidaya secara tradisional minimal membutuhkan tenaga kerja sebanyak 5 orang.

Terhindar dari pengaruh buruk kondisi cuaca yang ekstrim
Salah satu ancaman budidaya ikan adalah kondisi cuaca yang tidak menentu seperti badai, banjir dan lain-lain yang dapat merusak fasilitas budidaya. Desain konstruksi dan pemilihan lokasi system RAS memungkinkan untuk terhindar dari ancaman kondisi lingkungan yang buruk. Sistem tradisional lebih mudah terkena dampak buruknya kondisi cuaca karena terpapar langsung di alam. Sistem RAS mengembangkan system pemeliharaan ikan dalam ruangan sehingga pengaruh cuaca dapat diminimalkan. Tidak berpotensi menambah Pencemaran lingkungan. Berbeda dengan system tradisional yang mengalirkan air bekas budidaya kealam bebas yang berpeluang mencemari lingkungan dan meningkatkan kandungan bakteri berbahaya ke dalam lingkungan. RAS system membuang air yang telah disaring oleh filter biologi sehingga kualitas air yang dilepas ke perairan bebas aman dari pencemaranMeningkatkan biosekuritas. RAS dbuat dan didesain berdasarkan pengawasan kendali mutu yang ketat , berbeda dengan sistem terbuka.

2. Kelemahan
Kelemahan dari penerapan budidaya dengan sistem resirkulasi adalah adanya kecenderungan kualitas air kurang baik sehubungan dengan air buangan yang digunakan kembali secara terus menerus selama periode waktu pemeliharaan.

Referensi:

Akbar, R. A., (2003), “Efisiensi Nitrifikasi dalam Sistem Biofilter Submerged Bed, Trickling Filter dan Fluidized Bed”. Skripsi. Sarjana Biologi, Institut Teknologi Bandung.

Anonim, (1996), Budidaya Ikan Gurami, Jakarta : Direktorat Bina Produksi, Direktorat Jenderal Perikanan, Bagian Proyek Diversifikasi Pangan dan Gizi Sub Sektorkanan TA, Departemen Kelautan dan Perikanan.

Forteath, N., Wee, L. and Frith, M., (1993), Water Quality, in P. Hart and O’Sullivan (eds) Recirculation System : Design, Construction and Management, University of Tasmania at Launceston, Australia.: 1-22.,

Jangkaru, Z. 1998. Memacu Pertumbuhan Gurami. cetakan I, Penebar Swadaya Jakarta.

Suresh, A. V. and Lin, C. K., (1992), Effect of Stocking Density on Water Quality and Production of Red Tilapia in Recirculated Water System, Aquacultural Engineering, page: 1-22.

Syazili, Aras. 2011. Recirculating Aquaculture Systems. dalam: http://akuakultur.blogspot.com/2011/11/recirculating-aquaculture-systems.html (diakses: 12 september 2014).

Tetzlaff, B. L. and Heidinger, R. C. 1990. Basic Principles of Biofiltration and System Design, SIUC Fisheries Bulletin No. 9, SIUC Fisheries and Illinois Aquaculture Center.

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama