Generasi Milenial: Generasi Modern yang Berbudaya

Pelestarian Budaya Wabula oleh Generasi Muda Wabula Kendari
Generasi milenial atau generasi Y sering disebut oleh para ahli sebagai generasi yang lahir pada tahun 1981 sampai tahun 2000. Generasi tersebut dapat dikatakan sebagai generasi masa depan serta dengan sendirinya menjadi tulang punggung bangsa dan negara. Generasi ini memiliki jumlah populasi tergolong lebih tinggi yaitu 43.90% dibandingkan generasi sebelumnya (generasi X, 31.50% dan babby boomer, 24.60%) berdasarkan hasil suvei LSI tahun 2018. Sehingga dari hal tersebut generasi milenial memegang peranan penting untuk menentukan masa depan bangsa dan negara. Berbeda dengan generasi sebelumnya, generasi ini telah melalui fase perkembangan teknologi terkhusus teknologi informasi yang cukup drastis sehingga berdampak terhadap perilaku sosial dan budaya mereka. Misalnya saja, pada tahun 2000-an masyarakat telah beralih dari telepon rumah menuju telepon genggam. Telepon genggam saat itu menjadi trend tersendiri bagi masyarakat walaupun hanya memiliki beberapa fitur dasar seperti menelpon dan SMS-an. Sehingga kebanyakan masyarakat, terkhusus golongan atas telah memiliki telepon genggam walaupun saat itu telepon genggam masih diklasifikasikan sebagai kebutuhan tersier dan tidak semua golongan memilikinya.

Perilaku generasi saat itu dapat dikatakan berbeda dengan generasi sebelumnya, yang dimana pada saat itu berkomunikasi lintas daerah tidak perlu berkirim surat melalui pos atau capek-capek mengantri untuk sekedar menelepon di telepon umum namun dengan hanya menggunakan telepon genggam tersebut, komunikasi antar sejoli terasa mudah. Telepon genggam menjadi alat komunikasi terpenting saat itu, tak hanya bisa ber SMS-an ria namun mereka juga dapat mengirimkan gambar-gambar unik pada sahabat atau pacarnya untuk mengungkapkan perasaannya dikala itu. Teknologi saat itu dianggap dapat menjadi solusi atas hubungan jarak jauh, bersilaturahmi dengan hanya menanyakan kabar pada orang tua, sahabat, maupun pacar tidak sesulit dulu lagi namun dengan adanya telepon genggam, berkomunikasi terasa lebih mudah dilakukan hanya dengan menggenggam teknologi kecil tersebut.

Beberapa tahun kemudian, telepon genggam sudah berevolusi dengan penambahan fitur kamera sehingga komunikasi lebih nyata dengan dapat mengirimkan foto melalui layanan Multimedia Messaging Service (MMS). Tidak hanya itu, generasi tersebut dapat juga melakukan hubungan komunikasi secara global dengan layanan General Packet Radio Service (GPRS) sehingga generasi pada saat itu dapat mengakses informasi (browsing) internet walaupun dengan tampilan dan layanan yang sangat sederhana. Perkembangan telepon genggam pada saat itu dapat dikatakan sangat signifikan dengan ditandai persaingan drastis antar perusahaan komunikasi yang pesat sehingga inovasi-inovasi terbaru bermunculan. Inovasi-inovasi baru terus bermunculan seperti fitur video call (VC), evolusi telepon genggam menjadi layar sentuh, fitur-fitur sosial media, tampilan telepon genggam yang lebih elegan dan lain sebagainya sehingga telepon genggam menjadi trend tersendiri bagi masyarakat. 

Dewasa ini telepon genggam tidak menjadi kebutuhan tersier lagi namun dapat dikatakan sebagai kebutuhan primer masyarakat. Tidak hanya golongan atas, namun golongan bawah pun dapat memilikinya dengan harga yang cukup terjangkau. Selain itu, dewasa ini telepon genggam juga telah berevolusi menjadi smartphone (telepon seluler pintar) dengan berbagai fitur yang memudahkan penggunanya seakan dunia berada dalam satu genggaman saja. Akses internetpun semakin mudah sehingga berbagai informasi masyarakat dunia dapat diketahui secara cepat dengan teknologi tersebut.

Perkembangan teknologi informasi yang kian pesat menjadi gerbong emas bagi globalisasi, yang dimana globalisasi memiliki dampak terhadap ekonomi dan sosial masyarakat. Dampak globalisasi pada sektor ekonomi yaitu kapitalisme dan secara sosial yaitu liberalisme yang kian menjamur dewasa ini pada negara-negara berkembang terkhususnya Indonesia. Perubahan sosial generasi milenial akibat dampak liberalisasi tersebut mengakibatkan akulturasi kebudayaan, sehingga apabila tidak diantisipasi maka kebudayaan kita dapat terlupakan dan digantikan dengan budaya luar. Akulturasi kebudayaan sangat terasa pada daerah metropolitan dan daerah pariwisata, yang ditandai dengan penggunaan busana, makanan, gaya ala barat bahkan lebih parahnya lagi peredaran dan konsumsi minuman keras dan obat-obatan terlarang sudah banyak terjadi.

Akulturasi kebudayaan yang tidak terkendali menjadi sebuah masalah serius terkhusus bagi generasi milenial, sehingga tidak jarang ditemukan generasi milenial terlihat lebih kebarat-baratan dan lebih barat dari pada orang barat itu sendiri. Dampak tersebut juga menjadi masalah bagi negera-negara timur terkhususnya negara berkembang akibat dampak modernisasi yang disalah artikan tersebut. Mirisnya lagi, dampak positif modernisasi seperti pengembangan ilmu pengetahuan, pengembangan teknologi dan pengembangan ekonomi seperti usaha kreatif jarang dilakukan namun dampak negatifnya lebih banyak dilakukan. Modernisasi sering diartikan sebagai westernisasi namun beberapa negara maju seperti jepang menolak hal tersebut. Karena jika diartikan, modernisasi lebih kepada pengembangan teknologi dan peradaban yang lebih maju sedangkan westernisasi lebih kepada gaya maupun kebudayaan Barat. Sebagai salah satu negara maju di Asia, Jepang merupakan negara yang dapat dijadikan sebagai contoh teladan bagi negara-negara berkembang. Walaupun negara tersebut maju namun identitas kebudayaan nya tetap mereka jaga seperti penggunaan busana adat, ritual adat, makanan daerah dan nilai-nilai kebudayaannya masih tetap terjaga walaupun zaman telah modern. Mereka pun sangat kreatif dalam memperkenalkan kebudayaan mereka, dengan menyisipi kebudayaan mereka dalam film, anime bahkan tulisan-tulisan sehingga kebudayaan mereka semakin dikenal dunia.

Kebudayaan merupakan hasil dari cipta, rasa, dan karsa serta menjadi harta berharga dari sebuah peradaban yang telah diwariskan oleh para leluhur untuk kita lestarikan dan jaga. Sebagai generasi muda (generasi milenial), kebudayaan tersebut menjadi sebuah amanah penting yang harus dilestarikan dan dijaga serta kelak akan diwariskan untuk generasi yang akan datang. Kebudayaan menjadi identitas dan karakteristik penting bagi sebuah peradaban, sehingga dapat dikatakan sebuah peradaban ataupun negara yang maju pasti memiliki karakteristik kebudayaan yang kuat. Generasi milenial sebagai generasi masa depan yang modern perlu untuk menjaga kebudayaan tersebut dengan nilai-nilai luhur serta kekayaan budaya harus tetap dijaga demi kemajuan bangsa dan negara.

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama