Produksi Pangan Terhadap Kemajuan Umat Manusia

Dewasa ini profesi sebagai pembudidaya, peternak maupun petani (produsen pangan) sudah mulai jarang diminati generasi muda, karena mereka seringkali beranggapan bahwa profesi tersebut kurang menjanjikan masa depan dan ditambah dengan prespektif masyarakat yang menyepelehkan profesi tersebut. Sehingga dari hal tersebut, generasi muda lebih memilih bekerja pada perusahaan swasta, instansi pemerintah maupun menjadi pegawai bank. Namun menurut pandangan Jared Diamond dalam buku fenomenalnya “Guns, Germs & Steel” bahwa profesi tersebut merupakan salah satu faktor pendukung kemajuan umat manusia. 

Evolusi manusia dimulai di benua Afrika sekitar 7 juta tahun SM, makhluk-makhluk pra-manusia tersebut secara umum dikenal sebagai Australophitecus africanus, Homo habilis, dan Homo erectus. Kemudian sekitar 500.000 tahun SM, Homo erectus mulai keluar dari benua Afrika dan menyebar ke benua-benua lainnya. Kemudian sekitar 400.000 sampai 250.000 tahun yang lalu Homo sapiens berevolusi. Salah satu perbedaan mencolok antara Homo erectus dan Homo sapiens yaitu volume tempurung kepala Homo sapiens yang lebih besar dari Homo erectus namun lebih kecil jika dibanding manusia modern. Penambahan volume otak tersebut menandakan revolusi kognitif yang berkaitan dengan tingkat kecerdasan mereka. 

Sejarah umat manusia mengalami lonjakan besar sekitar 50.000 tahun silam yang ditandai dengan ditemukannya perkakas batu berbentuk standar dan manik-manik perhiasan dari cangkang telur burung unta. Manusia pada saat itu dinamai manusia Cro-Magnon, bukan hanya mengembangkan perkakas batu, mereka juga mulai mengembangkan perkakas tulang. Sehingga dari perkakas tersebut, mereka mulai menciptakan busur, jarum, alat panah dan tombak yang mereka gunakan untuk berburu. Manusia Cro-Magnon diperkirakan memasuki Eropa sekitar 40.000 tahun silam dan beberapa ribu tahun setelahnya manusia asli Eropa yaitu Neanderthal mengalami kepunahan. Hal ini mengindikasikan bahwa manusia Cro-Magnon jauh lebih unggul dalam penggunaan teknologi dan dari hal tersebut mereka mampu menyingkirkan para pesaingnya. Alih teknologi selama evolusi manusia tersebut, selain memudahkan manusia juga mengangkat derajat mereka dari konsumen tingkat rendah mencapai konsumen tingkat tinggi dalam rantai makanan. 

Selama ribu tahun, manusia berprofesi sebagai pemburu pengumpul dan umumnya mereka bersifat nomaden (berpindah-pindah tempat). Mereka pada saat itu menjadi penguasa alam dan hidup berkoloni dalam beberapa kelompok. Kelompok-kelompok tersebut terdiri dari ratusan sampai ribuan orang yang terikat berdasarkan hubungan darah. Berburu menjadi suatu kebudayaan yang sulit dipisahkan dan profesi tersebut menjadi kebanggan mereka selama beberapa ribu tahun. Para pemuda yang berhasil membawa pulang hasil buruan hewan-hewan besar seperti gajah dan kerbau seringkali dijadikan panutan bagi generasi-generasi selanjutnya dan kelak mereka dapat menjadi kandidat pemimpin. Selain menjadi pemburu, perkakas yang mereka kembangkan juga digunakan sebagai senjata perang antara suku. Sehingga suku yang dapat mengembangkan teknologi lebih maju akan menjadi pemenang dari suku-suku lainnya.

Produksi pangan pertama kali terjadi di Asia Barat yaitu sekitar 8.500 SM (domestikasi tumbuhan yaitu gandum, ercis dan zaitun) dan 8.000 SM (domestikasi hewan yaitu domba dan kambing). Domestikasi dari Asia Barat selain didukung oleh ketersediaan sumber daya alam juga didukung oleh kondisi geografis Asia Barat yang masuk dalam wilayah Bulan Sabit Subur. Wilayah tersebut merupakan suatu kawasan berbentuk bulan sabit yang memiliki kondisi tanah basah dan subur di antara tanah gersang atau semigersang di Asia Barat, dan di lembah sungai Nil serta delta sungai Nil di Afrika Timur Laut. Kondisi lingkungan dan iklim yang mendukung ditambah ketersediaan sumber daya alam sehingga tak heran, wilayah Asia Barat menjadi pencetus produksi pangan. Namun walaupun demikian, alih profesi dari pemburu pengumpul menjadi produsen pangan tidak terjadi dengan mudah, mengingat secara historis pofesi pemburu pengumpul telah melekat sekitar ribuan bahkan jutaan tahun. 

Domestikasi tumbuhan pada awalnya diduga terjadi secara kebetulan, dengan bibit tumbuhan mulanya disebar oleh serangga maupun burung dan dibawa ke tempat pemukiman manusia. Namun ada dugaan lain, bahwa bibit-bibit tersebut berasal dari sisa makanan manusia yang dibuang dan kemudian tumbuh di dekat pemukiman mereka. Domestikasi pada hewan terjadi sekitar 500 tahun setelah domestikasi tumbuhan dan pada saat itu persaingan antar pemburu pengumpul menjadi salah satu faktor pendorongnya. Hasil domestikasi dari Asia Barat kemudian mulai tersebar ke arah Barat serta mulai dikembangkan di China sekitar 7.500 tahun SM, Mesoamerika, Andes dan Amazonia sekitar 3.500 SM, Amerika Serikat Bagian Timur sekitar 2.500 SM dan menyebar ke daerah-daerah lainnya. Proses penyebaran tersebut dipengaruhi oleh kondisi geografis dan jarak antar wilayah. Pada kondisi geografis yang sulit dilalui dan jarak tempuh yang jauh dapat menghambat penyebaran produk domestik sehingga tidak mengherankan, dewasa ini sering kita temukan beberapa daerah pedalaman masih belum beralih ke produksi pangan. 

Domestikasi dan produksi pangan menyediakan energi yang cukup besar sehingga dapat mencukupi kebutuhan masyarakat banyak dibanding pemburu pengumpul. Sehingga masyarakat mulai membentuk kelompok-kelompok yang lebih besar dan mendorong terbentuknya pemerintahan. Dari masyarakat yang hidup terstruktur tersebut, mendorong munculnya berbagai macam inovasi seperti penciptaan perkakas besi yang kelak dikembangkan menjadi pedang, panah, busur dan senjata api. Seperti halnya manusia Cro-Magnon, masyarakat modern yang mengembangkan teknologi lebih maju dapat menyingkirkan masyarakat yang lebih tertinggal sehingga pembantaian dan penjajahan antar negara sudah mulai sering terjadi. 

Kepadatan penduduk dalam suatu wilayah selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak negatif seperti munculnya wabah penyakit. Bukan hanya manusia, wabah penyakit yang awalnya hanya menginfeksi hewan ternak lama kelamaan berevolusi sehingga mampu menyerang manusia seperti cacar pada sapi, flu pada babi dan burung yang sekarang ini sering menginfeksi manusia. Epidemi yang terjadi mendorong penemuan vaksin dan obat-obatan sehingga negara yang pertamakali menemukan vaksin dapat memanfaatkannya dalam memenangkan peperangan. Salah satu contohnya yaitu peperangan antara Francisco Pizarro yang memanfaatkan wabah cacar yang terjadi di Inka untuk menguasai negara tersebut (1532 M) dan Hernan Cortez yang menaklukan suku Aztec (1521 M).

Seiring berjalannya waktu, negara-negara yang telah mengembangkan teknologi tersebut mulai mengalami revolusi industri dengan memunculkan inovasi-inovasi baru. Kemunculan inovasi tersebut diakibatkan atas kerasnya persaingan baik secara internal maupun eksternal. Negara yang memiliki tingkat kepadatan penduduk lebih tinggi memiliki potensi lebih besar dalam memunculkan inovasi dibandingkan negara yang kurang padat penduduk. Selain itu, lingkungan juga mempengaruhi kemajuan suatu bangsa, misalnya saja negara yang sering terlibat konflik memiliki peluang lebih besar dalam mengembangkan persenjataan dibandingkan negara yang damai. Namun hal tersebut tidak selamanya terjadi, karena tidak hanya kondisi lingkungan tapi masih ada faktor lainnya yang turut mempengaruhi seperti perekonomian, kebudayaan, politik dan lain sebagainya.

Secara historis, produksi pangan menjadi salah satu faktor penentu dalam mendukung kemajuan peradaban umat manusia. Sehingga negara maju yang ada pada saat ini, secara historis tidak terlepas dari produksi pangan.

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama