Pengembangan Industri Akuakultur 4.0

Dunia saat ini telah memasuki era revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan alih teknologi informasi sebagai basis dalam menyokong kehidupan umat manusia. Segala hal menjadi tanpa batas (borderless) dan dunia seakan disatukan berkat perkembangan internet dan teknologi digital yang sangat masif. Denominasi "4.0" merupakan singkatan dari revolusi industri keempat dan berkaitan dengan pengembangan teknologi canggih, seperti Internet of Things, smart manufacturing, teknologi cloud, dan kecerdasan buatan yang membantu dan bahkan menggantikan kerja manusia. 

Industri-industri raksasa dunia dewasa ini telah berlomba-lomba dalam mengembangkan dan menerapkan teknologi canggih tersebut demi meraup keuntungan yang lebih besar. Penggunaan teknologi canggih dapat mempercepat proses produksi dengan menggunakan tenaga manusia lebih sedikit.   Sehingga industri yang lebih update teknologi memiliki peluang lebih besar untuk maju. Sedangkan industri yang gaptek akan semakin tertinggal dan bahkan gulung tikar, seperti kata H.G. Wells yang dikutip oleh Alec Ross dalam bukunya "the Industries of the Future".
“Masa mendatang yang sudah di depan mata kita akan diisi oleh robot yang bisa membantu penderita kelumpuhan jalan, perancang obat yang menyembuhkan sejumlah jenis kanker, dan kode komputer yang digunakan sebagai mata uang internasional maupun senjata untuk meruntuhkan separuh infrastruktur fisik di seantero dunia. Beradaptasi atau musnah? Sebuah keniscayaan yang tak bisa ditawar-tawar lagi saat ini.” ~ H.G. Wells
Revolusi industri 4.0 menjadi sebuah tantangan besar bagi industri-industri di dunia, bukan hanya industri yang bergerak dalam sektor teknologi namun juga industri yang bergerak dalam sektor perikanan khususnya akuakultur (budidaya perairan). Walaupun demikian, penerapan Industri 4.0 juga menciptakan beberapa permasalahan seperti ancaman keamanan TI yang dapat timbul akibat pertukaran data yang sangat besar.

Akuakultur atau budidaya perairan menjadi salah satu sektor terpenting dalam produksi pangan dunia. FAO merilis data bahwa dalam kurun waktu tahun 2006 sampai 2016, produksi perikanan budidaya dunia telah mengalami peningkatan pesat dari 61,5 juta ton pada tahun 2009 menjadi 101 juta ton pada 2014 atau naik rata-rata pertahun sebesar 6,1 persen. Walaupun demikian, nilai tersebut masih belum mencukupi  mengingat pada tahun 2050, diperkirakan populasi penduduk dunia akan mencapai 9,7 milyar jiwa, sehingga penerapan industri akuakultur 4.0 menjadi salah satu solusi untuk mencukupi kebutuhan pangan dunia.

Dilansir dari Government Europa, istilah “Akuakultur 4.0” pertama kali diperkenalkan oleh   komisi Eropa dalam panggilan Aksi Inovasi Horizon 2020 pada Oktober 2017, fokusnya adalah pada penerapan teknologi Industri 4.0, seperti Internet of Things dan kecerdasan buatan, dalam penerapannya terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan pengembangan program teknologi pembenihan dan teknologi pemberian pakan.  Namun, konsep Akuakultur 4.0 dapat diperluas ke strategi pengelolaan perikanan yang mencakup pengumpulan dan pertukaran data antara node yang terhubung, dengan program cloud.

Banyak aspek dari akuakultur yang bisa dikembangkan dengan basis Akuakultur 4.0 seperti teknologi resirkulasi akuakultur sistem (RAS), integrated multi trophic aquaculture (IMTA), teknologi pembenihan, teknologi pemberian pakan otomatis, sistem monitoring kualitas air dan lain sebagainya.

Mesin pakan otomatis
Sistem pakan otomatis
Sistem pakan otomatis sangat efektif jika dilakukan pada sistem Akuakultur khususnya di keramba jaring apung dengan pemberian pakan dilakukan secara berkala. Sistem pakan otomatis tersebut, dikembangkan oleh AKVA Grup sejak tahun 1980 hingga sekarang.  Sistem tersebut seutuhnya berintegrasi dengan perangkat kamera dan sensor kualitas air serta perangkat lunak kontrol produksi Fishtalk. Semua data pakan dan lingkungan disimpan dalam basis data Fishtalk sehingga bisa dikontrol dan dimonitoring dari jarak jauh. 

Sistem monitoring Akuakultur 4.0 jarak jauh yang saat ini beroperasi di tambak dan keramba budidaya adalah OxyForcis, yang dikembangkan oleh Smalle Technologies. Teknologi tersebut telah digunakan di keramba dan kolam budidaya ikan air tawar di Spanyol.  OxyForcis  dapat mengukur suhu air dan oksigen terlarut menggunakan sensor optik yang ditempatkan di dalam kolam atau keramba. Kemudian data kualitas air tersebut akan tersimpan dan apabila kualitas air tidak sesuai maka alarm akan berbunyi melalui smartphone.

Dalam sistem keramba jaring apung, listrik menjadi salah satu permasalahan mengingat lokasi keramba yang umumnya jauh dari daratan. Sehingga sebagian besar perangkat elektronik yang ditempatkan secara fisik di keramba jaring apung dalam sistem Akuakultur 4.0 didukung oleh panel surya. Namun penggunaan panel surya tersebut tidak selalu efektif di berbagai lokasi terkhusus lokasi yang kurang disinari matahari. 

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama