Organisasi Mahasiswa Berbasis Entrepreneurship

Beberapa waktu lalu penulis membuka album foto lama dan tanpa sengaja menemukan foto kegiatan sewaktu masih aktif di organisasi daerah. Foto tersebut merupakan foto kegiatan bimbingan belajar (bimbel) calon mahasiswa baru se-Kecamatan Wabula yang diselenggarakan di Kota Kendari tahun 2016 awal. 

Pada saat itu, penulis diamanahkan menjadi ketua panitia kegiatan dan sekaligus menjadi tenaga pengajarnya juga. Menjadi ketua panitia pada saat itu cukup berat ditambah lagi organisasi tersebut pernah vakum sekitar 5 tahun sehingga jaringan komunikasi yang pernah dibangun otomatis tidak seperti dulu lagi. Bukan hanya jumlah anggota yang sedikit namun yang menjadi kendala pada saat itu adalah anggaran kegiatan. 

Seperti layaknya beberapa organisasi mahasiswa pada umumnya, kami memperoleh anggaran kegiatan dengan menyodorkan proposal kegiatan kepada senior-senior kami yang berada di Kota Kendari. Pada saat itu kami mengangkat alasan klasik yaitu ingin bersilaturahmi dan sekaligus meminta saran untuk menghidupkan kembali organisasi tersebut.

Kebanyakan senior sangat merespon positif akan niat baik kami namun beberapa senior lainnya juga menceramahi kami hingga berjam-jam lamanya walaupun akhirnya mereka tetap membantu kegiatan kami.

Sehingga dari hal tersebut, kami memerlukan banyak waktu dan tenaga untuk mengunjungi senior kami satu per satu di kantor maupun di rumahnya, apalagi pada saat itu aplikasi chat seperti whatsup belum se populer saat ini sehingga kami semakin kesulitan dalam berkomunikasi. Walaupun demikian, bersilaturahmi dengan senior memberikan kami banyak masukan bukan hanya asupan dana namun kritik dan saran juga kami peroleh.

Organisasi mahasiswa harus kreatif dan inovatif sesuai tuntutan zaman, kata salah seorang senior kami yang sampai saat ini masih penulis ingat. Kata-kata tersebut sangat sederhana, namun seakan memberikan kami pukulan bertubi-tubi. 

Pada tahun 2017 awal akhirnya organisasi kami melaksanakan musyawarah besar ke 9 untuk memilih ketua umum yang baru dan pada saat itu juga penulis dipercayakan untuk memimpin organisasi tersebut selama satu periode (1 tahun) masa kepengurusan.

Selama satu periode masa kepengurusan, penulis mengangkat visi "Membangun Generasi KKI (Kritis, Kreatif dan Inovatif)" sehingga selama masa kepengurusan, kami tidak pernah meminta sumbangan dana secara langsung pada senior-senior kami lagi. Untuk memenuhi kebutuhan uang kas organisasi, kami membentuk bidang "kekaryaan dan kesejahteraan organisasi" yang secara langsung maupun tidak langsung bertugas untuk mengkoordinir proses penggalangan dana.

Penggalangan dana kami lakukan dengan menjual produk-produk yang kami produksi sendiri seperti menjual takjil di bulan Ramadhan, menjual roti dan gorengan di dekat lampu lalulintas hingga Kantor Pemerintah Daerah Provinsi dan Kota, membuat bazar di warung kopi yang dirangkaikan dengan Silaturahmi Keluarga Wabula di Kota Kendari, membuat posko pendaftaran calon mahasiswa baru dan yang paling berkesan yaitu menjual Pombiwi salah satu kuliner khas Wabula di sekitar Taman Kota Kendari

Membuat dan menjual pombiwi menjadi salah satu kebanggan bagi kami, karena kami secara langsung ikut terlibat dalam mempromosikan dan mengenalkan kuliner daerah kami di Kota Kendari. Selain memperoleh anggaran kegiatan, aksi tersebut secara tidak langsung sangat efektif untuk memperkuat militansi anggota yang dimana pada awal masa kepengurusan hanya 4 orang saja yang aktif namun seiring berjalannya waktu terus bertambah dan menjadi budaya organisasi kami hingga saat ini.
Menjual Pombiwi di Kota Kendari
Organisasi mahasiswa berbasis entrepreneurship yang dimaksud pada tulisan ini bukan berarti organisasi mahasiswa yang beranggotakan sekumpulan pengusaha muda, namun lebih kepada organisasi mahasiswa yang melakukan aktifitas kewirausahaan demi mencapai target dan tujuan organisasi. 

Organisasi mahasiswa berbasis entrepreneurship dapat dicapai dengan melakukan pengembangan diri berupa pelatihan-pelatihan kewirausahaan untuk kader berdasarkan minat maupun disiplin ilmu yang mereka miliki serta mengaplikasikannya langsung di lapangan. 

Organisasi mahasiswa perlu mengembangkan jiwa entrepreneurship pada diri kader mengingat sulitnya lapangan pekerjaan dan ketatnya persaingan dewasa ini sehingga ketika selesai berorganisasi, kader sudah memiliki pengalaman dan bekal untuk membangun usaha sendiri. 

Organisasi mahasiswa berbasis entrepreneurship sangat efektif dilakukan khususnya oleh organisasi besar yang terstruktur seperti misalnya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). HMI memiliki stuktur kepengurusan dari tingkat komisariat hingga tingkat pengurus besar (PB). 

Pada tingkat komisariat umumnya terbentuk berdasarkan Fakultas seperti halnya di HMI Cabang Bogor. Sehingga pengembangan organisasi berbasis entrepreneurship lebih efektif dilakukan berdasarkan disiplin ilmu atau provesi masing-masing. 

Komisariat Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan misalnya, dapat membuat produk aquascape atau melakukan penjualan ikan hias potensial dan begitu pula dengan komisariat-komisariat lainnya. Produk yang dihasilkan tidak hanya dengan melakukan produksi sendiri namun bisa dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan masyarakat. Promosipun dapat dilakukan dengan menggunakan media penjualan online maupun sosial media tergantung kreatifitas masing-masing.

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama