Pakan Fungsional (Functional Feed) dalam Akuakultur

Budidaya perairan (akuakultur) terus mengalami perkembangan yang sangat pesat. Berbagai inovasi terus diterapkan dalam mendukung keberlanjutan akuakultur seperti penerapan Internet of Thing (IoT), Big Data, Argumented Reality (AR), Artifical Intelegence, dan lain sebagainya (Baca: Akuakultur dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0). 

Walaupun demikian berbagai tantangan terus menghantui, dari tahap produksi hingga pemasaran. Pada proses produksi misalnya, isu penyakit dan lingkungan menjadi faktor yang banyak dibicarakan dewasa ini. Kedua faktor tersebut memainkan peranan penting dalam menunjang produksi akuakultur (Baca: Polutan di Lingkungan Perairan dan Dampaknya Bagi Ekosistem).

Penurunan kualitas air dapat menyebabkan stress pada organisme budidaya sehingga patogen dapat dengan mudah menginfeksi organisme tersebut. 

Penurunan kualitas air dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya suhu, salinitas, pH, DO (Disolved Oxygen), maupun bahan organik dan anorganik yang dapat mencemari perairan tersebut (Baca: Ancaman La Nina dan Dampaknya Bagi Sektor Perikanan Indonesia).

Bahan organik dan anorganik di lingkungan akuakultur dapat disebabkan oleh sisa pakan yang tidak termakan maupun bahan kimia yang ditambahkan seperti penggunaan antibiotik maupun suplemen yang berlebihan bagi organisme akuakultur.   

Dalam budidaya udang misalnya, sering terjadi mortalitas yang tinggi akibat penyakit AHPND (acute hepatopancreatic necrosis disease), penyakit tersebut disebabkan oleh infeksi bakteri Vibrio parahaemolyticus yang mampu menyebabkan mortalitas hingga 100% bagi udang. Biasanya udang yang terserang penyakit tersebut, berumur kurang dari 40 hari.

Selain AHPND, juga terdapat beberapa penyakit yang terus menghantui para petambak udang seperti Infectious Myonecrosis Virus (IMNV), White Spot Syndrome Virus (WSSV), White Feces Disease (WFD), dan Enterocytozoon Hepatopenaei (EHP).

Penyakit-penyakit tersebut dapat meyebabkan kerugian bagi petambak dengan mengasilkan penurunan hasil produksi maupun penurunan kualitas udang yang dibudidayakan. 

Sehingga dari hal tersebut, industi akuakultur terus menciptakan berbagai inovasi, salah satunya dengan memanfaatkan pakan fungsional (functional feed) dalam akuakultur.

Pakan Fungsional (Functional Feed) (Sumber: f3biotechnology.in)

APA ITU PAKAN FUNGSIONAL (FUNCTIONAL FEED)?

Pakan fungsional (functional feed) merupakan pakan dengan bahan ataupun kandungan khusus yang dapat memberikan manfaat untuk pertumbuhan, kesehatan, lingkungan dan ekonomi dibandingkan pakan tradisional sehingga berpeluang besar dalam menjamin masa depan Akuakultur (Baca: Industri Akuakultur Masa Depan).

Ilustrasi Pakan Fungsional (FF) Terhadap Pathogen, Lingkungan dan Organisme Akuakultur     (Sumber: Soto et al. 2015)


Dilansir dari Soto et al. (2015) dalam buku "Springer Handbook of Marine Biotechnology", pakan fungsional harus dilengkapi dengan protein nabati tingkat tinggi, karbohidrat kompleks dan bakteri probiotik tidak berbahaya yang dipilih secara khusus seperti jenis Bacillus subtilis

Pakan fungsional mengandung tepung dan minyak nabati yang tinggi; kaya protein, karbohidrat, dan lipid. Pakan tersebut juga perlu mengandung mikronutrien seperti vitamin, mineral maupun bahan aditif untuk mendukung pertumbuhan organisme secara optimal (Baca: Tepung Kedelai, Sumber Protein Nabati Utama pada Pakan Ikan dan Udang).


Tabel 1. Pengaruh pakan fungsional pada kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang vaname


Hasil penelitian Soto et al. (2015) (Tabel 1) menunjukan bahwa pakan fungsional menghasilkan pertumbuhan harian dan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi dibanding pakan komersial (non functional feed) bagi udang vaname.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa, komponen terpenting dari pakan fungsional adalah bakteri probiotik, karena bakteri tersebut mampu menghasilkan enzim yang berfungsi untuk memperkuat sistem pencernaan dan membantu organisme untuk mengasimilasi nutrien. 

Selain itu, asam organik juga telah banyak digunakan sebagai bahan aditif dalam pakan untuk meningkatkan kesehatan dan kinerja usus. Asam organik, seperti asam asetat, butirat, sitrat, format, laktat, propionat, malat, dan asam sorbat telah digunakan dalam industri pakan ternak dewasa ini (Encarnação et al. 2016).

Hasil penelitian Nuez-Ortin (2011) menunjukan bahwa, pakan yang mengandung 1% natrium butirat dapat meningkatkan daya cerna bahan kering, protein kasar, dan energi, yang mengarah pada peningkatan pertumbuhan, kelangsungan hidup, dan rasio konversi pakan udang windu (Penaeus monodon).

Efek antimikroba dari asam organik tersebut telah dilaporkan pada beberapa studi uji tantangan dimana penerapan asam organik dalam pakan dapat mengurangi angka kematian saat ikan terpapar bakteri patogen. Jumlah bakteri yang ditemukan pada feses dan usus secara signifikan mengalami penurunan pada ikan yang diberi pakan dengan campuran asam organik atau yang mengandung kalium diformate (Ng et al. 2009).

Selain berfungsi dalam meningkatkan pertumbuhan dan imunitas, pakan fungsional juga merupakan pakan yang ramah lingkungan. Sehingga organisme yang dibudidayakan lebih aman dari serangan penyakit serta hidup lebih baik pada perairan yang bersih.


REFERENSI:

Encarnação P. 2015. Functional feed additives in aquaculture feeds. in: Aquafeed Formulation. 217-237.

Soto JO, Paniagua-Michael JJ, Lopez L, & Ochoa L. 2015. Functional Feeds in Aquaculture. In: Springer Handbook of Marine Biotechnology, 1303-1319 pp.

Ng, W.-K., Chik-Boon, K., Kumar, S., Siti-Zahrah, A., 2009. Effects of dietary organic acids on growth, nutrient digestibility and gut microflora of red hybrid tilapia, Oreochromis sp., and subsequent survival during a challenge test with Streptococcus agalactiae. Aquacult. Res., 40: 1490–1500.

Nuez-Ortin, W.G., 2011. Gustor-Aqua: an effective solution to optimize health status and nutrient utilization. International Aquafeed. May–June, 18–20.

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama