Homo Deus: Evolusi Manusia Menjadi Tuhan?

Pada masa lalu umat manusia mengalami revolusi kognitif sehingga mereka mampu mengembangkan perkakas yang membantu mereka untuk menguasai dunia. Berbeda dengan spesies lainnya, mereka juga menciptakan dan mengembangkan kepercayaan tentang mitos-mitos kolektif tentang dewa, uang, kesetaraan dan kebebasan sehingga mereka mulai terikat dalam suatu kelompok yang lebih besar seperti yang dijelaskan dalam buku Sapiens. Jika Sapiens menjelaskan tentang sejarah umat manusia, maka Homo Deus menjelaskan tentang masa depan umat manusia. Dalam buku Homo Deus, Yuval Noah Harari menelaah ke masa depan dan mengeksplorasi bagaimana kekuatan global bergeser dari kekuatan utama evolusi yaitu seleksi alam digantikan oleh teknologi baru tingkat dewa seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence) dan rekayasa genetika. Ia pun memadukan kemampuan sains, sejarah, filsafat dan berbagai macam cabang ilmu yang dimilikinya untuk mencapai visi masa depan. Homo Deus merupakan salah satu buku popular yang digandrungi oleh berbagai tokoh besar dunia seperti Barack Obama, Bill Gates, hingga Mark Zuckergerg sang pendiri platform Facebook.

Dalam buku Homo Deus, Harari mengulas tentang kemajuan umat manusia yang berkembang begitu cepat sejak ditemukannya mesin uap yang mendorong terjadinya revolusi industri. Teknologi mulai berkembang dengan kemunculan mesin-mesin yang menggantikan dan membantu kerja manusia. Manusia yang awalnya hanya menjadi pelaku produksi sekarang mulai menjadi pengendali mesin-mesin produksi tersebut. Alat bantu produksi yang menggunakan tenaga hewan seperti kuda dan sapi mulai beralih ke mesin uap. Penemuan kereta uap menjadi salah satu inovasi terbesar pada saat itu yang membantu umat manusia dalam mengangkut dan mendistribusikan hasil produksinya dalam skala besar ke berbagai wilayah dengan waktu yang terbilang cepat. Tidak sampai disitu, revolusi industri terus berjalan dengan teknologi mesin uap yang sudah mulai usang beralih ke teknologi elektrik (listrik). Salah satu contohnya yaitu kereta uap yang beralih ke kereta listrik dengan daya angkut dan kecepatan yang lebih efektif. 

Teknologi listrik mendorong kemunculan komputer yang memudahkan manusia dalam menyimpan dan mengolah informasi dengan begitu mudah dan cepat. Teknologi komputer mulai mengembangkan kecerdasan buatan (artificial intelligence) sehingga mesin-mesin tersebut dapat menggantikan peran manusia sepenuhnya contohnya seperti mobil tanpa awak yang dikembangkan oleh Google. Kecerdasan buatan (AI) menggantikan peran manusia dalam berbagai bidang seperti kedokteran, militer, hingga supir taxi yang digantikan oleh mesin-mesin cerdas tersebut sehingga diperkirakan kelak manusia akan digantikan sepenuhnya oleh mesin dan kemudian humanisme akan punah. Menurut pandangan sains bahwa tak ada jurang pembeda antara sapiens dan AI yang dimana kedua unsur tersebut hanya tersusun atas algoritma-algoritma sehingga dengan pengembangan algoritma, AI dapat menggantikan umat manusia.

Yang menarik perhatian saya yaitu pada bab akhir dalam buku tersebut yang membahas menganai agama data (dataisme). Dataisme lebih menekankan bahwa alam semesta terdiri dari aliran data dan nilai setiap fenomena atau entitas ditentukan oleh kontribusinya pada pemrosesan data. Dalam kehidupan dewasa ini, kita sudah melihat fenomena tersebut yaitu dengan kemunculan internet yang memberikan kita akses untuk melihat dunia luar yang bahkan belum kita kunjungi. Internet juga menciptakan dunia baru sehingga kita bisa bebas berinteraksi dengan siapapun. Facebook, twitter, Instagram dan jejaring sosial lainnya merupakan contoh kecilnya. Baik sadar maupun tak sadar kita telah memberikan akses privasi kita untuk mesin tersebut sehingga tak heran mesin tersebut bahkan lebih mengenal kita dibandingkan diri kita sendiri. Saat ini Microsoft telah mengembangkan fitur Cortana yang bekerja sebagai asisten pribadi namun sebagai bayarannya, kita harus memberikannya akses penuh terhadap privasi kita seperti keberadaan kita saat ini, berkas percakapan, foto-foto dan lain sebagainya. Algoritma-algoritma data kemudian digunakan Cortana untuk mengingatkan kita tentang agenda-agenda penting seperti hari ulang tahun, informasi kesehatan dan lain sebagainya. Kecerdasan buatan seperti Cortana kelak tidak hanya menggantikan peran manusia, namun bias saja mengendalikan manusia. 

Dewasa ini kita telah bergantung dengan internet, sehingga segala informasi seperti politik, ekonomi, dan bahkan informasi pribadi kita seringkali telah kita bagikan ke dunia luar. Internet kemudian menghubungkan data-data tersebut dalam berbagai perangkat digital dan kemudian membangun sebuah sistem populer yang disebut “Internet of Things” (IoT). Melalui sistem tersebut, segala informasi data mengalir bebas dan menyatu dalam big data sehingga segala macam informasi terkumpul disana. Teori konspirasi sering mengatakan bahwa ada golongan-golongan tertentu yang memegang big data untuk mengendalikan dunia, namun Harari menyanggahnya dengan alasan bahwa penyebaran data yang begitu cepat dan terakumulasi sangat banyak sehingga mustahil bagi golongan-golongan tersebut yang hanya duduk dalam ruangan gelap dapat memanfaatkan dan menggunakannya untuk tujuan-tujuan mengendalikan dunia. Bahkan manusia sendiripun dapat kewalahan dengan big data tersebut.

Manusia saat ini mungkin dapat menjadi tuhan dengan mengembangkan teknologi dan rekayasa genetika sehingga dengan perpaduan tersebut dapat menciptakan makhluk-makhluk imortal. Rekayasa genetika dapat menciptakan manusia unggul dengan memadukan kode-kode genetik pada beberapa manusia kedalam manusia baru. Sehingga bisa saja manusia baru tersebut dapat memiliki sifat tampan, cerdas, tidak dapat sakit dan sempurna jika dibandingkan induknya. Kematian menjadi sebuah fenomena pasti bagi semua mahluk organik, namun dengan memadukan teknologi dan rekayasa genetika bisa saja peluang kematian dapat diperkecil. Bio teknologi yang memadukan antara unsur biologis dan teknologi dapat menciptakan manusia cyborg seperti yang sering kita nonton dalam film fiksi sains. Namun dilain sisi teknologi tersebut bisa saja memiliki kelemahan yang kemudian dapat digunakan oleh orang-orang tertentu (hacker). Tangan robot kita pada masa depan bisa saja melakukan sesuatu hal tanpa kehendak kita dan bisa saja teknologi tersebut bukan memberikan dampak positif melainkan dampak negatif yang kelak dapat memusnahkan kita.

Teknologi dan rekayasa genetika bisa saja dapat menjadikan kita sebagai mahluk immortal namun dengan teknologi cerdas yang kelak mungkin kita tidak dapat mengendalikannya lagi bisa saja malah Sapiens yang dimusnahkan. Apakah kita kelak akan menjadi homo Deus ataukah malahan kita yang akan dimusnahkan dan digantikan dengan makhluk-makhluk baru?

Pada akhir bukunya, Harari memberikan 3 pertanyaan besar untuk kita cari dan renungi bersama yaitu 1) apakah organisme benar-benar hanya algoritma dan kehidupan hanya pemrosesan data? 2) apa yang lebih berharga antara kecerdasan dan kesadaran? dan yang ke 3) apa yang akan terjadi pada masyarakat, politik dan kehidupan sehari-hari ketika algoritma-algoritma non-kesadaran tetapi sangat pintar lebih mengenal kita dibandingkan diri kita sendiri?.

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama