Dewasa ini peradaban umat manusia telah memasuki revolusi industri 4.0 yang secara langsung berpengaruh terhadap kehidupan sosial umat manusia seperti bekerja dan berinteraksi antara sesama.
Revolusi teknologi tersebut jelas berbeda dengan apa yang telah dialami manusia sebelumnya sehingga kita belum mengetahui secara pasti apa yang akan terjadi kedepan. Namun yang pastinya, dunia harus merespon cepat terhadap perubahan tersebut secara terintegrasi dan komprehensif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan politik global, mulai dari pemerintah, akademisi, pengusaha dan tentunya masyarakat umum.
Revolusi industri 4.0 menyebabkan alih teknologi yang begitu pesat pada segala sektor industri dengan melahirkan berbagai inovasi baru seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence), super komputer, rekayasa genetika, bioteknologi, teknologi nano, mobil otomatis, dan lain sebagainya.
Misalnya saja pada sektor industri otomotif, saat ini telah mengembangkan mobil cerdas yang bisa beroperasi tanpa awak dan microsoft sebagai perusahaan TI raksasa juga mengembangkan cortana sebagai asisten pribadi umat manusia.
Akibat dari hal tersebut, pekerjaan umat manusia mulai digantikan oleh mesin-mesin canggih yang terus berevolusi. Bukan hanya industri teknologi informasi dan otomotif, fenomena tersebut juga dirasakan oleh industri pangan seperti akuakultur (budidaya perairan).
Revolusi teknologi tersebut jelas berbeda dengan apa yang telah dialami manusia sebelumnya sehingga kita belum mengetahui secara pasti apa yang akan terjadi kedepan. Namun yang pastinya, dunia harus merespon cepat terhadap perubahan tersebut secara terintegrasi dan komprehensif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan politik global, mulai dari pemerintah, akademisi, pengusaha dan tentunya masyarakat umum.
Revolusi industri 4.0 menyebabkan alih teknologi yang begitu pesat pada segala sektor industri dengan melahirkan berbagai inovasi baru seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence), super komputer, rekayasa genetika, bioteknologi, teknologi nano, mobil otomatis, dan lain sebagainya.
Misalnya saja pada sektor industri otomotif, saat ini telah mengembangkan mobil cerdas yang bisa beroperasi tanpa awak dan microsoft sebagai perusahaan TI raksasa juga mengembangkan cortana sebagai asisten pribadi umat manusia.
Akibat dari hal tersebut, pekerjaan umat manusia mulai digantikan oleh mesin-mesin canggih yang terus berevolusi. Bukan hanya industri teknologi informasi dan otomotif, fenomena tersebut juga dirasakan oleh industri pangan seperti akuakultur (budidaya perairan).
Industri akuakultur (budidaya perairan) menjadi salah satu tumpuan harapan umat manusia dalam memenuhi kebutuhan pangan. FAO (Food and Agriculture Organization) telah merilis data bahwa dalam kurun waktu tahun 2006 sampai 2016, produksi perikanan budidaya dunia telah mengalami peningkatan pesat dari 61,5 juta ton pada tahun 2009 menjadi 101 juta ton pada 2014 atau naik rata-rata pertahun sebesar 6,1 persen.
Walaupun demikian, nilai tersebut masih belum mencukupi mengingat pada tahun 2050, diperkirakan populasi penduduk dunia akan mencapai 9,7 milyar jiwa, sehingga penerapan teknologi dalam sektor industri akuakultur tidak bisa dielakkan.
Industri Akuakultur Saat ini
Industri akuakultur (budidaya perairan) seperti industri-industri lainnya juga mengalami perkembangan yang begitu pesat terkhusus dalam penerapan teknologi. Misalnya saja dewasa ini telah dikembangkan sistem resirkulasi akuakultur yang memungkinkan pemeliharaan ikan dengan kepadatan tinggi namun kualitas air masih bisa terjaga.
Jika dibandingkan dengan sistem pemeliharaan secara konfensional, pemeliharaan ikan dengan sistem resirkulasi akuakultur lebih efektif dengan menghasilkan output produksi yang jauh lebih besar dan penggunaan air yang lebih efisien.
Selain sistem resirkulasi, industri akuakultur juga terus mengembangkan bioteknologi seperti sistem biofiltrasi dan teknologi bioflok dalam pemeliharaan ikan. Kedua sistem tersebut sama-sama memanfaatkan mikroorganisme untuk mengoptimalkan produksi akuakultur.
Revolusi industri 4.0 juga mulai dirasakan oleh industri akuakultur dewasa ini yang ditandai dengan penerapan teknologi informasi dalam sektor akuakultur (Industri Akuakultur 4.0).
Istilah Akuakultur 4.0 pertama kali diperkenalkan oleh komisi Eropa dalam panggilan Aksi Inovasi Horizon 2020 pada Oktober 2017, fokusnya yaitu pada penerapan teknologi Industri 4.0, seperti Internet of Things dan kecerdasan buatan (artificial intelligence), dengan penerapannya terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan teknologi pembenihan dan teknologi pemberian pakan.
Namun, konsep Akuakultur 4.0 dapat diperluas ke strategi pengelolaan perikanan yang mencakup pengumpulan dan pertukaran data antara node yang terhubung, dengan program cloud.
Tidak sampai disitu saja, beberapa industri juga mulai menerapkan teknologi mesin pakan otomatis, sensor kualitas air, dan kamera bawah air yang berfungsi untuk monitoring ikan dari jarak jauh. Penerapan teknologi tersebut sangat efektif terkhusus dalam budidaya laut (marikultur) dengan sistem keramba jaring apung (KJA), yang dimana pembudidaya dapat memberikan pakan, mengetahui kualitas air dan memonitoring ikan dari jarak jauh menggunakan smartphone mereka.
Industri Akuakultur Masa Depan
Perkembangan teknologi akuakultur (budidaya perairan) semakin cepat dengan terus memunculkan berbagai macam inovasi baru demi meningkatkan produksi dan keuntungan. Para akademisi, peneliti, pemerintah dan praktisi juga turut andil dalam menyikapi fenomena tersebut. Berbagai riset dan kajian terus dilakukan sehingga memicu lahirnya inovasi-inovasi tersebut.
Kecerdasan buatan (artificial intelligence) memungkinkan lahirnya teknologi cerdas yang dapat diterapkan dalam industri akuakultur. Industri akuakultur masa depan mungkin akan dipenuhi dengan robot-robot cerdas yang memungkinkan pembudidaya dapat bersantai di rumah namun proses produksi tetap terus berlanjut.
Robot-robot tersebut dapat dimanfaatkan untuk menjaga dan mengontrol ikan yang dibudidayakan. Bukan menjadi hal yang mustahil, saat ini robot-robot tersebut juga telah mengisi industri-industri besar.
Industri militer Rusia misalnya, telah mengembangkan program Fedor (Final Experimental Demonstration Object Research), dengan melahirkan robot super yang mampu menembakkan senjata. Dalam industri kesehatan juga tidak kalah, mereka juga telah mengembangkan robot nano yang bertugas untuk memeriksa kesehatan pasien dari dalam tubuh.
Di Indonesia sendiri juga telah melakukan gebrakan yang sama, misalnya saja penggunaan robot di Bandara Soekarno-Hatta yang bertugas untuk mengangkat barang dan melayani pelanggan. Walaupun penggunaan robot tersebut masih terbatas dan hanya digunakan oleh beberapa industri besar, namun dimasa depan mungkin dapat diterapkan secara luas.
Kita bisa mengambil contoh dari sejarah internet yang awalnya dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada tahun 1969 dan hanya digunakan untuk kepentingan militer namun seiring perkembangan zaman bisa kita nikmati di rumah masing-masing.
Industri akuakultur dewasa ini telah menerapkan sensor kualitas air dan mesin pemberi pakan otomatis yang memungkinkan pembudidaya mengetahui kondisi lingkungan budidaya setiap waktu dan memberi pakan ikan dari jarak jauh.
Penerapan kecerdasan buatan (artificial intelligence) dari sistem tersebut memungkinkan pembudidaya tidak perlu repot-repot lagi. Sensor kualitas air dapat bekerja lebih efektif, jika kualitas air berfluktuasi secara tiba-tiba dan tidak sesuai dengan batas toleransi ikan maka kualitas air dapat disesuaikan secara otomatis sampai batas optimum.
Perkembangan teknologi akuakultur (budidaya perairan) semakin cepat dengan terus memunculkan berbagai macam inovasi baru demi meningkatkan produksi dan keuntungan. Para akademisi, peneliti, pemerintah dan praktisi juga turut andil dalam menyikapi fenomena tersebut. Berbagai riset dan kajian terus dilakukan sehingga memicu lahirnya inovasi-inovasi tersebut.
Kecerdasan buatan (artificial intelligence) memungkinkan lahirnya teknologi cerdas yang dapat diterapkan dalam industri akuakultur. Industri akuakultur masa depan mungkin akan dipenuhi dengan robot-robot cerdas yang memungkinkan pembudidaya dapat bersantai di rumah namun proses produksi tetap terus berlanjut.
Robot-robot tersebut dapat dimanfaatkan untuk menjaga dan mengontrol ikan yang dibudidayakan. Bukan menjadi hal yang mustahil, saat ini robot-robot tersebut juga telah mengisi industri-industri besar.
Industri militer Rusia misalnya, telah mengembangkan program Fedor (Final Experimental Demonstration Object Research), dengan melahirkan robot super yang mampu menembakkan senjata. Dalam industri kesehatan juga tidak kalah, mereka juga telah mengembangkan robot nano yang bertugas untuk memeriksa kesehatan pasien dari dalam tubuh.
Di Indonesia sendiri juga telah melakukan gebrakan yang sama, misalnya saja penggunaan robot di Bandara Soekarno-Hatta yang bertugas untuk mengangkat barang dan melayani pelanggan. Walaupun penggunaan robot tersebut masih terbatas dan hanya digunakan oleh beberapa industri besar, namun dimasa depan mungkin dapat diterapkan secara luas.
Kita bisa mengambil contoh dari sejarah internet yang awalnya dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada tahun 1969 dan hanya digunakan untuk kepentingan militer namun seiring perkembangan zaman bisa kita nikmati di rumah masing-masing.
Industri akuakultur dewasa ini telah menerapkan sensor kualitas air dan mesin pemberi pakan otomatis yang memungkinkan pembudidaya mengetahui kondisi lingkungan budidaya setiap waktu dan memberi pakan ikan dari jarak jauh.
Penerapan kecerdasan buatan (artificial intelligence) dari sistem tersebut memungkinkan pembudidaya tidak perlu repot-repot lagi. Sensor kualitas air dapat bekerja lebih efektif, jika kualitas air berfluktuasi secara tiba-tiba dan tidak sesuai dengan batas toleransi ikan maka kualitas air dapat disesuaikan secara otomatis sampai batas optimum.
Semisal suhu air dapat diatur dengan menggunakan heater, salinitas dengan penambahan garam dan air tawar, pH diatur dengan penambahan kapur secara otomatis dan lain sebagainya.
Mesin pemberi pakan otomatis juga dapat dikembangkan dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence). Mesin pemberi pakan otomatis yang dilengkapi kamera bawah air dengan ditambahi data fisiologi dan tingkah laku ikan dapat memberi pakan ikan dengan dosis, komposisi maupun pada waktu tertentu sesuai kebutuhan ikan tersebut.
Jika pergerakan ikan tidak normal (ikan sakit), pakan tersebut dapat ditambahkan dengan obat ataupun vitamin agar ikan tersebut dapat pulih kembali. Selain itu, kamera cerdas tersebut dapat dikembangkan untuk penanganan ikan yang terinveksi virus. Jika ikan tersebut sudah tidak bisa disembuhkan lagi dan demi menjaga kualitas ikan lainnya maka mesin tersebut dapat mentaging dan mengkarantina ikan tersebut secara otomatis.
Budidaya Kerang Mutiara (Pinctada maxima) di KJA |
Budidaya ikan air laut (marikultur) juga sering mengalami berbagai permasalahan, semisal dalam budidaya kerang mutiara (Pinctada maxima) di laut sering terjadi kematian masal akibat terjadi fluktuasi (penurunan) suhu secara tiba-tiba diperairan.
Penurunan suhu dapat terjadi akibat upwelling dan tiupan angin sayong (Lombok) yang menyebabkan kematian anakan kerang mutiara dengan panjang cangkang sekitar 2-3 cm. Kondisi perairan di Laut tidak bisa diatur dengan mudah seperti budidaya ikan di kolam terkontrol sehingga rekayasa akuakultur dengan mengangkat dan menurunkan spat kolektor kerang mutiara dapat dilakukan secara otomatis menggunakan kontrol kualitas air dan kecerdasan buatan.
Masalah selanjutnya yang sering terjadi yaitu menempelnya biofouling maupun parasit di jaring maupun di poket kerang mutiara. Sehingga dengan penggunaan robot cerdas dapat membantu untuk membersihkan parasit tersebut secara otomatis.
Penurunan suhu dapat terjadi akibat upwelling dan tiupan angin sayong (Lombok) yang menyebabkan kematian anakan kerang mutiara dengan panjang cangkang sekitar 2-3 cm. Kondisi perairan di Laut tidak bisa diatur dengan mudah seperti budidaya ikan di kolam terkontrol sehingga rekayasa akuakultur dengan mengangkat dan menurunkan spat kolektor kerang mutiara dapat dilakukan secara otomatis menggunakan kontrol kualitas air dan kecerdasan buatan.
Masalah selanjutnya yang sering terjadi yaitu menempelnya biofouling maupun parasit di jaring maupun di poket kerang mutiara. Sehingga dengan penggunaan robot cerdas dapat membantu untuk membersihkan parasit tersebut secara otomatis.
Selain budidaya pembesaran, budidaya pembenihan dan perawatan larva juga memiliki berbagai persoalan. Misalnya saja proses pergantian air yang dilakukan dalam pemeliharaan larva kerang mutiara, abalon dan siput mata bulan.
Pergantian air dilakukan secara rutin untuk menjaga kualitas air agar tetap mendukung kehidupan larva yang dimana apabila kualitas air tidak sesuai maka larva akan mengalami kematian.
Sistem resirkulasi akuakultur dewasa ini masih belum bisa diterapkan dalam budidaya larva tersebut mengingat ukuran larva yang kecil dan kondisi larva yang sensitif sehingga teknologi akuakultur masa depan dapat dikembangkan dengan penggunaan bioteknologi (bio filter), filter mikron maupun teknologi lainnya yang telah disebutkan sebelumnya.
Selain itu, teknologi pemberian pakan cerdas dapat mengatur komposisi dan dosis pakan bagi larva mengingat kebutuhan pakan alami larva berbeda pada setiap stadia pemeliharaan.
Pergantian air dilakukan secara rutin untuk menjaga kualitas air agar tetap mendukung kehidupan larva yang dimana apabila kualitas air tidak sesuai maka larva akan mengalami kematian.
Sistem resirkulasi akuakultur dewasa ini masih belum bisa diterapkan dalam budidaya larva tersebut mengingat ukuran larva yang kecil dan kondisi larva yang sensitif sehingga teknologi akuakultur masa depan dapat dikembangkan dengan penggunaan bioteknologi (bio filter), filter mikron maupun teknologi lainnya yang telah disebutkan sebelumnya.
Selain itu, teknologi pemberian pakan cerdas dapat mengatur komposisi dan dosis pakan bagi larva mengingat kebutuhan pakan alami larva berbeda pada setiap stadia pemeliharaan.
Revolusi industri 4.0, selain melahirkan kecerdasan buatan (artificial intelligence) juga melahirkan Internet of Things yang memungkinkan industri akuakultur dapat terhubung antara yang satu dengan yang lainnya.
Internet menyediakan pertukaran informasi secara besar dan cepat sehingga informasi tersebut terakumulasi menjadi sistem big data. Data-data budidaya dapat dipertukar secara bebas apalagi sistem tersebut dilengkapi dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence) sehingga data-data tersebut dapat digunakan dan dikembangkan untuk mendukung proses budidaya yang lebih baik kedepan.
Selain berpengaruh terhadap proses budidaya, data-data tersebut juga dapat digunakan untuk kebutuhan pengolahan, manajemen dan pemasaran.
Internet menyediakan pertukaran informasi secara besar dan cepat sehingga informasi tersebut terakumulasi menjadi sistem big data. Data-data budidaya dapat dipertukar secara bebas apalagi sistem tersebut dilengkapi dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence) sehingga data-data tersebut dapat digunakan dan dikembangkan untuk mendukung proses budidaya yang lebih baik kedepan.
Selain berpengaruh terhadap proses budidaya, data-data tersebut juga dapat digunakan untuk kebutuhan pengolahan, manajemen dan pemasaran.
Masalah dan Tantangan
Industri akuakultur (budidaya perairan) masa depan, selain menghasilkan keuntungan dari segi produksi dan keuntungan namun juga dapat melahirkan berbagai permasalahan.
Kecerdasan buatan (artificial intelligence) dapat memicu lahirnya teknologi cerdas yang memungkinkan dapat menggantikan pekerjaan manusia.
Kesenjangan sosial dan ekonomi tidak dapat dielakkan akibat fenomena tersebut. Industri akuakultur skala besar dapat dengan mudah menggeser industri-industri skala kecil yang gaptek dan pengangguran akan semakin bertambah dimana-mana.
Saat ini saja, pengangguran menjadi permasalahan nasional walaupun teknologi belum seutuhnya menggantikan pekerjaan manusia. Industri akuakultur masa depan dengan penggunaan teknologi canggih dapat menyingkirkan umat manusia.
Selain itu, Internet of Things dapat memicu kejahatan cyber, para hacker dapat memasuki sistem akuakultur dan mengaturnya sesuai kehendak mereka. Kejahatan dunia maya dewasa ini sudah sering terjadi, para hacker dapat dengan mudah mengambil uang korban melalui internet banking dan credit card. Para hacker yang disebut carder tersebut terus berkembang seiring perkembangan keamanan internet.
Kecerdasan buatan (artificial intelligence) dapat memicu lahirnya teknologi cerdas yang memungkinkan dapat menggantikan pekerjaan manusia.
Kesenjangan sosial dan ekonomi tidak dapat dielakkan akibat fenomena tersebut. Industri akuakultur skala besar dapat dengan mudah menggeser industri-industri skala kecil yang gaptek dan pengangguran akan semakin bertambah dimana-mana.
Saat ini saja, pengangguran menjadi permasalahan nasional walaupun teknologi belum seutuhnya menggantikan pekerjaan manusia. Industri akuakultur masa depan dengan penggunaan teknologi canggih dapat menyingkirkan umat manusia.
Selain itu, Internet of Things dapat memicu kejahatan cyber, para hacker dapat memasuki sistem akuakultur dan mengaturnya sesuai kehendak mereka. Kejahatan dunia maya dewasa ini sudah sering terjadi, para hacker dapat dengan mudah mengambil uang korban melalui internet banking dan credit card. Para hacker yang disebut carder tersebut terus berkembang seiring perkembangan keamanan internet.
Industri akuakultur masa depan dengan teknologi canggih tidak dapat dielakkan. Kita hanya memiliki dua pilihan antara mengikuti zaman atau ketinggalan zaman. Ketika kita mengikuti perkembangan zaman maka kemungkinan industri akuakultur dapat lebih berkembang lagi sedangkan sebaliknya, jika kita tidak mengikuti perkembangan zaman maka industri akuakultur akan tertinggal bahkan gulung tikar.
Perkembangan zaman melahirkan kesenjangan yang semakin luas. orang kaya akan semakin kaya dan orang miskin akan semakin miskin namun keuntungannya yaitu tidak ada seorangpun yang bisa menguasai big data tersebut seperti teori-teori konspirasi yang marak beredar.
Big data dengan data raksasa tersebut dapat digunakan oleh segala macam kelas, baik si kaya maupun si miskin. Sehingga dewi fortuna tidak hanya berpihak pada kelas atas namun juga bisa berada pada kelas bawah.
Negara berkembang saat ini juga mulai melek dengan teknologi sehingga berpeluang untuk bersaing dalam skala global, yang penting kita harus tetap optimis dan siap menghadapi tantangan zaman tersebut.
Perkembangan zaman melahirkan kesenjangan yang semakin luas. orang kaya akan semakin kaya dan orang miskin akan semakin miskin namun keuntungannya yaitu tidak ada seorangpun yang bisa menguasai big data tersebut seperti teori-teori konspirasi yang marak beredar.
Big data dengan data raksasa tersebut dapat digunakan oleh segala macam kelas, baik si kaya maupun si miskin. Sehingga dewi fortuna tidak hanya berpihak pada kelas atas namun juga bisa berada pada kelas bawah.
Negara berkembang saat ini juga mulai melek dengan teknologi sehingga berpeluang untuk bersaing dalam skala global, yang penting kita harus tetap optimis dan siap menghadapi tantangan zaman tersebut.
Posting Komentar