Mengintip Proses Budidaya Kerang Mutiara

Kerang mutiara merupakan salah satu organisme laut yang bernilai ekonomis tinggi. Sesuai dengan namanya, kerang ini dapat menghasilkan butiran mutiara. Di Indonesia sendiri, terdapat beberapa jenis kerang yang dapat menghasilkan mutiara antara lain Pinctada maxima, P. margaritifera, P. fucata dan lain sebagainya.

Namun yang paling populer di budidayakan yaitu jenis Pincata maxima. Kerang mutiara jenis P. maxima memiliki daerah penyebaran yang sangat luas, kerang ini dapat ditemukan di pertengahan daerah Indo-Pasifik, termasuk Asia Tenggara, daerah perairan Pilipina, Laut China Selatan, Thailand, Australia, dari Myanmar ke Pulau Solomon, Papua New Guinea, Polynesia, Micronesia, Jepang Selatan, Fillipina dan Indonesia, Sementara di Indonesia umumnya banyak ditemukan di wilayah Indonesia bagian timur seperti Irian jaya, Sulawesi dan Maluku terutama gugus kepulauan Arafura.
Budidaya Kerang Mutiara
Budidaya kerang mutiara secara komersil dimulai dari budidaya pembenihan yang dilakukan di Laboratorium maupun Hatchery dan kemudian setelah mencapai stadia spat (benih), maka dilanjutkan dengan budidaya pembesaran yang dilakukan di Keramba Jaring Apung seperti yang telah kami ulas dalam artikel sebelumnya. 

Berdasarkan cara makannya, kerang mutiara termasuk golongan filter feeder yaitu memakan fitoplankton dengan menyaringnya menggunakan insang sehingga dalam budidaya pembenihan, larva kerang mutiara diberi makan beberapa jenis fitoplankton antara lain: Isochrysis galbana, Pavlova lutheri, Monochrysis lutheri, Chromulina sp., Chaetoceros sp., Nannochloropsis sp., dan Dicrateria sp.

Dalam budidaya intensif maupun skala industri, pakan alami harus diproduksi sendiri di Laboratorium untuk menjaga ketersediaannya. Pemberian pakan dilakukan pada pagi dan sore hari dengan kondisi ruangan yang gelap. 
 
Hal ini dikarenakan larva kerang mutiara bersifat fototaksis negatif dan cenderung menyukai substrat yang berwarna gelap. Sehingga dalam budidaya hatchery, substrat atau spat kolektor yang digunakan berwarna gelap dan agak kasar untuk memudahkan larva menempel (Baca: Mengintip Kehidupan Larva Kerang Mutiara). 

Selain faktor tersebut, larva kerang mutiara juga sangat sensitif dengan kualitas air yang buruk sehingga dalam budidaya pembenihan dilakukan pergantian air secara rutin setiap 2 atau 3 hari sekali. 
 
Proses pergantian air hampir sama dengan pergantian air pada larva siput mata bulan namun karena larva kerang mutiara cenderung lebih kecil serta lebih sensitif, sehingga proses pergantian air dilakukan lebih berhati-hati.
Kultur Pakan Alami
Pretel Anakan Kerang
Budidaya pembesaran dimulai sekitar 30 sampai 40 hari setelah pemijahan, dengan spat kolektor dimasukan ke dalam poket dan kemudian dipelihara di laut menggunakan keramba jaring apung ataupun long line. Poket tersebut digantung sekitar 6 sampai 3 meter dibawah permukaan air. 

Berbeda dengan organisme budidaya lainnya, budidaya pembesaran kerang mutiara tidak dilakukan pemberian pakan dan lebih tergantung dengan pakan alami yang ada di perairan sehingga pemilihan lokasi yang baik sangat mempengaruhi kesuksesan budidaya pembesaran kerang mutiara. 

Selain itu, dalam proses budidaya pembesaran juga harus melakukan monitoring dan pretel secara berkala. Pretel dilakukan dengan cara merontokan anakan kerang mutiara dan menyortirnya berdasarkan ukuran. Setelah disortir maka anakan kerang mutiara dibersihkan dan kemudian siap untuk dipindahkan ke pocket yang lebih besar.

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama