Peneliti Temukan Spesies Kepiting Baru di Wilayah Indonesia

Kabar menggembirakan bagi warga Indonesia karena baru-baru ini peneliti asal Indonesia telah menemukan spesies kepiting baru di wilayah Indonesia. Hal ini pun menambah daftar panjang keanekaragaman spesies kepiting dunia yang telah teridentifikasi (Baca: Mengenal Rajungan Hewan Kecil Bernilai Jual Tinggi).

Dua spesies kepiting baru yang dinamakan Typhlocarcinops robustus dan Typhlocarcinops raouli ditemukan di kawasan muara Ajkwa, area PT Freeport Indonesia/PTFI di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua.

Prof. Dwi Listyo Rahayu, peneliti senior oseanografi LIPI yang juga terlibat dalam penelitian tersebut, mengemukakan bahwa pemantauan lingkungan dilakukan untuk memperoleh informasi dasar mengenai keanekaragaman hayati yang terdapat pada area kerja PTFI (Baca: Hewan Laut Ternyata Dapat Menangkal Virus).

"Sungai di wilayah Mimika beserta keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya merupakan suatu ekosistem yang amat kaya, terutama karena menjadi habitat bagi banyak spesies seperti halnya kepiting. Kerja sama PTFI dan LIPI menjadi sangat penting dilakukan, sehingga fungsi penelitian dan monitoring dapat dilakukan secara maksimal," kata Prof. Dwi Listyo Rahayu, dilansir dari Antara, Rabu (3/11/2020).

Kepiting spesies baru, Typhlocarcinops robustus
Typhlocarcinops robustus Spesies Kepiting Baru (Sumber: Antara/PTFI)

Hingga saat ini, para peneliti sudah menemukan spesies baru di Indonesia berupa 29 flora dan 101 fauna, 50 spesies serangga, 2 spesies mamalia, 26 spesies reptil, 2 jenis ikan, 21 jenis kepiting, dan beberapa jenis lainnya (Suara.com) (Baca: Sejarah Singkat Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada Sektor Perikanan dan Kelautan di Nusantara).

Sebelumnya Prof. Dwi Listyo Rahayu juga sudah menemukan spesies kepiting baru jenis Typhlocarcinops lapillus yang diperolehnya di Kabupaten Maluku Tenggara pada tahun 1994. Spesies yang ditemukan berjenis kelamin betina berukuran 4,5 x 2,8 mm.

Selanjutnya, Prof. Dwi Listyo Rahayu juga menemukan spesies baru bernama T. hirtus di Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Nama "Hirtus" sendiri berasal dari bahasa latin yang berarti berbulu banyak. Koleksi ini diperoleh pada tahun 2004 sampai 2009.

Spesies ketiga dan keempat kepiting jenis baru adalah T. robustus dan T. raouli yang diperoleh di Timika, Papua dari hasil penelitiannya sejak 2000 sampai 2002.

Prof. Dwi Listyo Rahayu menyatakan, T. roburtus ditemukannya pada 19 April 2000. Spesies yang ditemukan tersebut berjenis kelamin jantan dengan ukuran 8,5 x 6,5 mm di perairan Laut Arafura, Papua. Nama robustus berarti kokoh seperti bentuk tubuh kepiting tersebut. 

Dilansir dari Jurnal Zootaxa 2020, kepiting jenis T. robustusn memiliki karakteristik yang berbeda dari jenis T. canaliculatus. Kepiting ini memiliki bentuk karapas yang relatif lebih kekar dan lebih panjang serta sternum toraks anterior pada jantan secara proporsional terlihat lebih lebar (Baca: Mengenal Lebih Jauh Lobster Organisme Akuatik Bernilai Ekonomis Tinggi).

Seperti halnya T. roburtus yang diperoleh di Wilayah Papua, spesies ke empat yaitu T. raoli memiliki karakteristik yang berbeda dengan bentuk tubuh yang cenderung persegi panjang, capit yang langsing dan berbulu halus. Nama raoli sendiri berasal dari nama depan Raoul Serene, seorang ahli kepiting dari Prancis yang juga meneliti kepiting dari kelompok tersebut. 

Dilansir dari Jurnal Zootaxa 2020, kepiting jenis Typhlocarcinops robustusn memiliki karakteristik yang berbeda dari jenis T. canaliculatus. Kepiting ini memiliki bentuk karapas yang relatif lebih kekar dan lebih panjang serta sternum toraks anterior pada jantan secara proporsional terlihat lebih lebar.

Prof. Dwi Listyo Rahayu menerangkan bahwa Typhlocarcinops robustus memiliki bentuk tubuh dan capit yang kokoh dan kuat, sedangkan Typhlocarcinops raouli memiliki bentuk tubuh persegi panjang dengan capit yang ramping serta berbulu halus. Proses idetifikasi kedua spesies tersebut memerlukan waktu yang cukup lama yaitu dilakukan sejak tahun 2016.

"Umumnya proses identifikasi dan pemetaan spesies baru memang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengidentifikasi spesies-spesies tersebut di berbagai museum-museum di seluruh dunia," jelas Biro Kerja Sama Hukum dan Humas LIPI melalui Instagramnya (mediaindonesia.com).

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama